Kita diberi mata. Kita membutuhkannya. Kita menikmati
keberadaan mata untuk melihat berbagai ragam warna, keindahan alam semesta, dan
memandang orang-orang yang kita cintai.
Kita diberi telinga. Kita membutuhkannya. Kita menikmati
keberadaan telinga untuk mendengar nada-nada music yang indah, alunan syahdu
bacaan al-Qur’an, dan mengenal suara orang-orang yang kita sayangi, bahkan
telinga untuk keseimbangan tubuh kita sehingga kita dapat melangkah dan berlari
dengan stabil.
Kita diberi hidung. Kita membutuhkannya. Kita menikmati
keberadaan hidung untuk menghirup oksigen penopang hidup kita, menghirup aroma
wewangian bunga-bunga, dan menilai sedapnya masakan dari aromanya.
Kita diberi kulit tubuh. Kita membutuhkannya. Kita menikmati
permukaan kulit untuk merasakan segarnya air saat cuaca panas, hangatnya
selimut saat suasana dingin, rasa keakraban saat bersalaman, dan kenyamanan
saat memeluk anak-anak kita.
Kita diberi lidah. Kita membutuhkannya. Kita menikmati lidah
saat makan makanan kesukaan, mengunyah kue-kue manis, melahap makanan pedas,
dan segarnya es buah.
Semua panca indera itu diberikan Allah swt. pada kita sebagai
bentuk rasa sayang-Nya dan wujud kehebatan-Nya. Tidak ada siapapun yang mampu
membuat semisal atau memperbaiki panca indera yang bermasalah, kecuali Allah
swt. Betapa semua mahluk hidup sangat membutuhkan dan menikmati keberadaan
panca indera tersebut.
Menikmati Hukum Syariah
Semua ciptaan Allah swt. sangat dibutuhkan dan dinikmati oleh
mahluk hidup pada umumnya dan manusia secara khusus. Kita kebanyakan memahami
ciptaan Allah swt. hanya berupa kauniyah
(alam semesta). Kita lupa bahwa Allah swt. juga melengkapi ciptaan-Nya dengan
peraturan, baik peraturan untuk benda mati maupun mahluk hidup. Tujuannya secara
pasti untuk keseimbangan dan keteraturan.
Peraturan untuk benda mati sudah otomatis dijalankan, seperti
peredaran benda-benda langit, silih berganti siang dan malam dengan ketepatan
waktu, degup jantung yang teratur memompa darah, ginjal yang setia membuang
sampah tubuh berupa urin, otak yang terus menerus mengkoordinasi kerja organ
tubuh, tanaman yang aktif mengasilkan buah-buahan, hewan ternak yang sangat
cepat berkembangbiak, dan lain-lain. Semua mengikuti aturan yang diberikan Sang
Pencipta. Tidak ada yang melanggar aturan tersebut, kecuali peran tangan
manusia yang merusaknya.
Bagaimana dengan aturan untuk aktivitas manusia? Ternyata peraturan
dari Allah swt. untuk kehidupan manusia tidak otomatis dijalankan. Manusia dengan
akalnya masih menimbang-nimbang untuk taat atau tidak. Akhirnya ada sebagian yang
taat, ada sebagian yang masih ragu, dan ada sebagian yang menolak. Jadi tidak
aneh Allah swt. menuntun di awal-awal al-Qur’an:
“Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al Baqoroh ayat 2)
Kita diminta untuk tidak ragu dengan al-Qur’an yang
benar-benar berasal dari Allah swt. dan tidak ragu untuk mentaati atau
melaksanakan isi kitab tersebut. Jika kita sudah dapat membuktikan ciptaan
Allah swt. yang berupa panca indera sangat dibutuhkan dan dinikmati, maka tidak
selayaknya kita ragu dengan ciptaan Allah swt. yang berupa peraturan hidup atau
hukum syariah. Hukum syariah dapat dipastikan juga sangat dibutuhkan dan
dinikmati oleh manusia. Bedanya, panca indera sudah melekat di tubuh kita sehingga
dapat langsung dinikmati, sedangkan hukum syariah harus dipelajari terlebih
dahulu, baru kemudian diterapkan dalam kehidupan. Tapi keduanya sama-sama
ciptaan Allah swt. Yang Maha Hebat dan Maha Penyayang, sangat dibutuhkan kita
dan pastinya sangat dinikmati keberadaannya. Bagi orang-orang yang sudah
mencoba menerapkan hukum syariah dengan ikhlas dan kesungguhan, akan merasakan manfaat
nyata hukum syariah, sehingga akan memunculkan rasa kebutuhan dan nikmat
ketentramannya, karena hukum syariat mampu menyelesaikan secara tuntas semua
persoalan hidup manusia.
Kesempurnaan Nikmat Hukum Syariah
Kesempurnaan penca indera dapat dinikmati secara utuh apabila
kita memilikinya lengkap, tidak kurang satupun. Demikian pula hukum syariat,
jika hanya sebagian yang kita amalkan, maka ada sisi buruk yang dapat
dirasakan. Untuk menghilangkan sisi buruk tersebut dengan cara mengambil secara
utuh seluruh hukum syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, tanpa kecuali. Hal
ini sering disebut dengan Islam kaffah.
Sejarah telah membuktikan bahwa penerapan hukum syariah secara utuh mampu
membawa masyarakat pada ketentraman, lemakmuran, keamanan, dan kebahagiaan
hidup yang sempurna. Pada masa rasul Muhammad saw. menerapkan sayriah secara
utuh, ada seorang tabib yang kehilangan semua pasiennya dibanding sebelum masa
Rasul, karena semua orang tentram dan sehat dengan penerapan syariah secara
utuh. Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, ada kesulitan mencari orang yang
berhak mendapat zakat, karena semua orang sejahtera dengan penerapan syariah
secara utuh. Demikian pula masa khalifah-khalifah yang lain, didapati fakta
kebahagiaan dan kenikmatan hidup yang sempurna
karena penerapan syariah yang utuh.
Masihkah kita ragu untuk menerapkan syariah Allah swt. secara
utuh? Jika keraguan masih tetap ada, maka kesulitan hidup dengan berbagai
problem yang tidak tuntas-tuntas tetap selalu ada. Sebaliknya, jika kita
merelakan hidup kita diatur oleh Sang Pencipta, maka manisnya hidup akan
dirasakan oleh semua penduduk bumi. Selain itu, ada bonus lain yang akan
diberikan oleh Allah swt. apabila kita menerapkan hukum syariah secara utuh
dengan ketaatan dan keikhlasan, yakni janji Allah swt. untuk memasukkan kita
pada surga-Nya.